Salam sejawat...
Saya terkadang tidak setuju dengan opini yang yang berbunyi seperti ini, "Perawat itu tidak perlu cerdas tapi yang penting beretika baik?" Itu adalah pendapat orang bodoh yang ketika bekerja hanya seperti robot yang melakukan pekerjaan rutinitas dan kerjanya hanya disuruh-suruh orang.
Perawat ingin disejajarkan dengan dokter, tetapi tidak cerdas. Bagaimana mungkin bisa disejajarkan. Seharusnya jika ingin disejajarkan dengan dokter harus dibarengi dengan kecerdasan, dan kompetensi yang baik.
Apa yang sebenarnya salah dengan kurikulum perawat di Perguruan Tinggi?
Nah, mungkin ini yang sering terlupakan. Mahasiswi keperawatan dengan beban SKS tinggi, dan jadwal praktek padat terkadang sering melupakan makna nilai yang ia dapat di kampus.
Yang substansinya harus diterapkan ketika dilapangan.
Perawat tidak cerdas = membunuh pasien
Perawat tidak cerdas = jadi robot yang tukang disuruh-suruh
Perawat tidak cerdas = selamanya jadi perawat pelaksana, tidak bisa mengembangkan karier.
Perawat tidak cerdas = ruang lingkup kerjanya hanya di RS dan Puskesmas, tidak bisa membaca peluang pekerjaan lain
Perawat tidak cerdas = tidak bisa bersaing dengan negara lain, apalagi sebentar lagi kita menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN)
Dan tentu saja kecerdasan itu harus dibarengi dengan etika yang baik. Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa perawat terkenal dengan sebutan GALAK di RS. Entah karena beban kerja di RS, atau karena memang sudah sifat bawaan. Tetapi jika sudah memakai seragam perawat, harusnya semua itu dibuang jauh-jauh, karena ingat sumpah perawat ketika caping day. Kita telah bersumpah kepada Tuhan, bukan hanya sekedar ucapan di bibir saja.
Semoga perawat Indonesia bisa menjadi perawat cerdas dan beretika baik. Bukan hanya perawat pelaksana yang seperti robot.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar